Langsung ke konten utama

Imam Sepertiga Malam Part 1 Awal Jumpa




 IMAM SEPERTIGA MALAM

I

AWAL JUMPA




Aktivitas hari ini membuat Aku sangat lelah, membayangkan jalan yang melewati lorong membuat Aku ingin sekali loncat dari lantai 4 tapi itu tidak mungkin Aku lakukan, lift di kampus kebetulan sedang perbaikan jadi belum bisa digunakan.

"Lia, kita sekalian ngerjain tugas bareng ya.." Hasbi sambil merapikan buku-bukunya. "Biar, hari libur bisa istirahat." Lanjutnya.

"Nggak." Jawab Ku. "Enak aja, dari pagi sampai sore kita jadwalnya padet banget, nggak mikir apa badan capek gini." Lanjut ku ketus.

"Ye.. emang situ aja yang capek sini juga Li." Elaknya.

"Terus! Kenapa ngajak ngerjain tugas." Tanya ku.

"Ya.. biar pas hari Minggu bisa istirahat seharian." Jawabnya sembari senyum-senyum.

"Terserah dah, aku mau pulang Titik."

"Nggak bisa gitu dong Li." Jawaban Bima.

"Iya nih. Tau Zivilia nih." Sambung satria.

"Ya Allah, ya udah cepet." Aku melangkah keluar dari ruangan. Jujur hari ini benar-benar capek seharian beraktivitas ingin pulang tapi ada tugas kelompok yang harus diselesaikan sekarang. Lorong demi lorong kami lewati dari lantai 4 sampai lantai 1 dan sampailah pada depan perpustakaan kampus.

"Kenapa nggak ngerjain di kosan aku aja sih?" Tanya Hasbi

"Mau nganterin Aku pulang nggak?" Tanyaku balik, Hasbi hanya diam.

"Udah, ayok masuk! Lebih cepat lebih baik." Lanjut satria.

Dan kamipun mengerjakan tugas kelompok dengan rasa semangat yang tersisa dan dengan tenaga yang seadanya. Jujur aku nggak semangat sama sekali untuk ngerjain tugas ini tapi gimana lagi ini tugas kelompok. Terpaksa aku mengerjakan tugas ini dan tanpa disadari hari mulai menggelap kami berempat tidak sadar waktu dan adzan pun menyadarkan kami pada waktu.

"Udah, magrib nih.."aku membuka obrolan yang dari tadi tegang karena tugas.

"Bentar lagi nih." Jawab Bima

"Cepat Bim, udah mulai gelap nih." Sambung satria.

"Udah-udah. Malah ribut, kalian sholat gih dari pada ribut! Nanti gantian." Hasbi dengan sembarang membuang buku yang dipegangnya keatas meja. Aku dan satria memilih pergi ke mushola untuk melaksanakan shalat Maghrib. Setelah selesai kita kembali keperputkaan kembali.

"Sini aku lanjutin! Kalian sholat has, Bim." Kata satria Dengan menggeser leptop yang dari tadi menghadap Bima.

"Udah selesai nih." Bima menggeser posisi leptop seperti semula dan menyimpan file nya.

"kalian nggak shalat dulu?" Tanya ku pada Hasbi dan Bima.

"Iya. Ini mau shalat." Jawab Bima dan melangkah pergi.

"Itu diberesin ya.." sambung Hasbi yang belum jauh. Tanpa ada jawaban aku dan satria mengemas leptop dan barang lainnya. Serta merapikan buku-buku perpus. Setelah Hasbi dan Bima kembali kamipun pulang.

"Aku antara sampai rumah ya..." Hasbi membuka percakapan diperjalanan pulang, aku dan Hasbi satu arah tapi rumah ku dan Hasbi sangatlah jauh aku masuk gang sedang Hasbi masih lurus.

"Nggak usah. Sampai gang aja. Kasian kamu nya has." Jawabku. Tapi Hasbi tetap masuk ke gang.

"Has, udah ih. Aku turun sini aja." Aku yang nggak terima langsung memukul pundak Hasbi.

"Eh, diam Lia. Jatuh nanti." Hasbi mengegas motor nya. Ini membuat aku takut tanpa aku sadari aku sudah melingkarkan kedua tangan ku pada pinggang Hasbi.

"Lia. Udah yampe. Modus amat sih." Pernyataannya membuat aku sedikit jengkel.

"Kamu tuh yang modus. Naik motor kebut-kebutan!" Jawabku nggak terima.

"Iya. Maaf deh, aku lanjut ya.." Hasbi menyalakan motor nya kembali.

"Hati-hati has." Balasku dan Hasbi pun pergi dengan raungan motor di kesunyian malam.

Aku melangkah masuk kedalam rumah dan tak lupa mengucapkan salam. Dan dijawab oleh penghuni rumah yang ada didalam. Aku langsung mencari ibu dan bersalaman setelah itu aku langsung ke kamar ku untuk membersihkan tubuh ku dan beristirahat.


Disepertiga malam aku terbangun karena lapar, aku benar-benar lupa kalau sore ini Belum makan sama sekali ditambah tadi malam aku langsung tidur. Aku langsung meluncur ke dapur untuk makan, aku buka kulkas dan tempat penyimpanan makanan akhirnya aku membuat mi rebus dicampur dengan sayur dan telur. Setelah selesai memasak akupun langsung menyantap makanan itu dengan lahap seperti anak yang nggak makan satu Minggu, setelah selesai aku menaruh alat bekas masak mi tadi dan piring bekas makan ke tempat cuci. Setelah itu aku duduk diruang tengah ditemani dengan rasa sepi. Aku ambil hp ku untuk menghilangkan rasa sepi.

Trut trut trut. Ku lihat notifikasi ada pesan masuk dari Hasbi.

"Blm tidur?" Tanya nya.

"Udah." Balasku.

"Oh, terbangun ya.."balasnya lagi.

"Iya. Nih..." Balas ku

"Udah, makan?" Tanya nya lagi.

"Baru selesai."balas ku.

"Udah, shalat?" Tanya nya lagi. "Astaghfirullah! Aku lupa! Aku belum shalat isya." Batinku.

"Aku shalat dulu ya.."balasku. Dan akupun langsung melejit ke kamar mandi. Setelah selesai wudhu aku langsung ke mushola yang ada sebelah ruang tamu.

Dan aku terkejut melihat sesosok laki-laki yang sedang shalat disana, "siapa itu! Ayah kah! Tapi postur tubuhnya berbeda dengan ayah . Itu bukan ayah. Apa pencuri? Kenapa nggak nyuri malah shalat. Siapa sebetulnya dia!" Batinku terus bertanya tentang sesosok laki-laki yang berdiri gagah disana. Ragu-ragu aku melangkah masuk kedalam ruangan itu, aku terpaku dibelakang nya ntah sepertinya aku lupa apa tujuan ku disini. Dia salam dan melihat aku tapi ekspresi nya biasa saja. Hanya senyum sekilas. Dan aku tertegun plus kaget melihatnya "dia bukan orang Indonesia! Seperti nya dia orang dari timur tengah." Batinku.

"Mbak mau shalat?" Tanyanya. Aku Hanya diam. Terheran dengan pertanyaan nya dengan memakai bahasa Indonesia walaupun tidak lanyah. "Ko, bisa bahasa Indonesia si.." batinku.

"Mbak! Mbak!" Suaranya menyadarkan kesadaran ku. 

"Iya, gimana?" Aku gelagapan menjawabnya. Dia hanya tersenyum.

"Mbak mau shalat?" Ulangnya.

"Iya." Jawaban ku singkat. Dia hanya membalas dengan senyuman. Dan dia pun melanjutkan shalat nya. Dan aku pun melaksanakan shalat isya dengan malu dan ragu. Tapi shalat ku tak maksimal seperti biasanya, jujur pikiran ku terisi tentang siapa dia, dari mana dan mengapa ada disini, dan sejak kapan dia ada disini.

Setelah selesai sholat isya aku ingin beranjak pergi karena aku tidak enak berada di ruangan ini Hanya berdua apa lagi aku tidak bertemu sebelumnya.

"Mau kemana mbak?" Tanya nya kepada ku yang hampir saja keluar dari ruangan itu.

"Mau. Mau. Ke kamar mas. Eh dek." Jawab ku bingung mau manggil dia mas atau dek karena dari wajahnya dia seperti lebih mudah dariku tapi badan tinggi dan gagah seperti dia lebih tua sedikit dariku.

"Tadi, mbak shalat isya ya." Tanya nya. Aku benar-benar Malu menjawab nya tapi bagaimana mana lagi mau ditutupi pun tak bisa hanya mengangguk dengan Malu yang bisa aku lakukan.

"Nggak shalat tahajud?" Tanyanya kembali. Dan lagi-lagi aku Hanya menjawab dengan isyarat yaitu menggeleng dengan senyum hambar. Tanpa berpikir panjang aku langsung pergi meninggalkannya dia entah sopan ataupun tidak yang jelas aku sangat malu sekali.

Setelah sampai dikamar aku nggak bisa tidur, aku bingung dengan kejadian yang barusan terjadi, entah besok pagi jika ketemu dengan dia lagi aku harus bersikap apa aku bingung plus malu, pikiran ku penuh dengan kejadian itu yang begitu cepat hingga tanpa sadar suara adzan subuh berkumandang dari berbagai penjuru secara bergantian. Aku keluar dan mengintip sekilas Ruang mushola itu dan laki-laki itu masih ada masih setia duduk diatas sejadahnya. Aku langsung masukin kembali ke kamar takut ketahuan kalau aku sedang mengintip nya. Tak beberapa lama setelah aku mengintip nya ada ketukan pintu dari luar. Aku ragu untuk membukanya, takut kalau itu laki-laki itu.

"Sayang, Zivilia, sayang, bangun!" Suara mamah membuat aku beranjak membuka pintu tanpa berfikir panjang.

"Zivilia udah bangun mah." Jawabku setelah membuka pintu.

"Shalat subuh yuk!" Ajak mamah.

"Iya, mah." Jawab ku dan langsung membuntuti mamah dari belakang. Setelah sampai didepan rumah musuh mataku mengitari seluruh ruangan ini dan ruangan-ruangan lain yang bisa terlihat dari sini. 

"Loh. Ko diam disitu! Wudhu terus shalat cepat!" Suara mamahku membuat aku kaget dan cepat-cepat aku masuk ke kamar mandi lalu mengerjakan shalat subuh berjamaah dengan mamah yang menjadi imam dan aku yang menjadi makmum. Setelah selesai shalat dan zikir plus do'a aku langsung bersamaan dengan mamah.

"Mah, tadi malam aku lihat seorang laki-laki disini?" Tanyaku membuka obrolan dipagi ini.

"Astaghfirullah" kaget mamah sekaligus mengentikan aktivitas melempit mukenah.

"Laki-laki yang kala maksud itu Syam kak." Lanjut mamah dengan menatap ku.

"Syam, siapa mah? Seperti dia bukan orang Indonesia." Tanyaku ingin tau.

"Iya, dia bukan orang Indonesia kak, dia orang Palestina." Jawab mamah.

"Untuk sementara Syam tinggal disini? Nggak papakan kak?" Lanjut mamah dengan memegang kedua tangan ku.

"Tapi, dia seperti nya sudah lama tinggal di Indonesia mah?" Tanyaku lagi.

"Iya, Syam tinggal dengan paman mu, udah hampir lima bulan ini." Jelas Mama.

"Lima bulan!" Ulangku kaget.

"Iya." Tegas mamah

"Paman kenapa bisa bertemu dengan dia dan kenapa paman ajak dia kesini dan kenapa pula dia tinggal disini ngga dirumah paman aja?" Tanyaku panjang lebar kepada mamah.

"Panjang ceritanya, dia tinggal disini karena paman sedang keluar kota, paman kasih pada Syam yang tinggal sendiri makanya paman menyuruh mamah untuk jemput Syam." Jawab mamah dengan mengelus-elus lenganku plus senyum khasnya.

"Nanti pagi paman akan kesini, menjemput Syam." Lanjut mamah yang dibalas "oh" oleh ku yang artinya tanda mengerti.

Tak berapa lama kemudian ada suara salam dari luar rumah, aku langsung menuju sumber suara itu.

"Walaikumsamsalam."jawab ku, sembari membuka pintu rumah. Yang dihadapan ku hanya senyum saja sembari menunduk kepala tanda hormat.

Karena aku bingung, aku juga hanya senyum dan menunduk kepala sebagimana dia lakukan.

"Silakan." Sembari mempersilahkan Syam masuk. Syam Hanya tersenyum dan masuk kedalam rumah. Syam langsung menuju ke kamar nya.

Aku langsung menjumpai mamah dan ikut membantu menyiapkan masakan untuk sarapan.

"Mah, dia pendiam ya?" Tanyaku sembari memotong bawang.

"Nggak ah, waktu sore aja Syam banyak cerita sama mamah tentang Palestina." Jawab mamah dengan menghentikan aktivitas nya dan menatapku sebentar.

"Ih, mah, tadi aja dia senyum aja, nggak ngomong apa-apa." Jawab ku.

"Ya mungkin, Syam nggak lagi enak badan." Jawabnya.

"Nggak enak badan, tadi dia habis dari masjid kan?" Tanyaku yang terheran-heran.

"Iya, emang kenapa? Tadi malam aja syam nggak bisa tidur. Syam dikamar terus katanya udah tidur tapi terbangun lagi dan sampai subuh Syam belum tidur lagi." Jelas mamah.

"Oh." Jawabku tanda mengerti dengan penjualan mamah.

"Nanti kakak, nggak kemana-mana kan?" Tanyanya mamah.

"Engga mah. Kenapa?" Jawabku.

"Nanti Mama mau arisan dulu, jaga rumah dan temeni Syam ya." Jawab mamah.

"Ih, mamah. Aku kan mau tidur mah!" Jawabku nggak terima.

"Tadi malam udah tidur kan." Selidik mamah.

"Mah, jam satu aku bangun terus nggak tidur lagi sampai sekarang, mah." Jelas ku.

"Kakak kan, udah tidur dari jam tujuh masa masih kurang." Jawab mamah.

"Mamah!" Aku hanya cemberut.

"Pokoknya jaga rumah dan temeni Syam jangan asyik dikamar sendiri." Perintah mamah

"Iya, mah." Tanda setuju walaupun terpaksa.

Dan aku mengambil piring untuk menaruh lauk pauk yang sudah siap dihidangkan di atas meja makan. Setelah semua selesai aku langsung mengambil piring kosong untuk makan tapi mamah menahanku dan menyuruh ku untuk memanggil Syam agar ikut makan bersama kami.

Setelah aku berada di kamar tamu dimana tempat Syam istirahat dan aku langsung mengetuk pintunya dan mengutarakan agar Syam sarapan bersama kami sebagaimana mamah menyuruh. Dan Syam pun membuka pintu dan aku mengulangi perkataan ku yang hanya dibalas anggukan oleh Syam dan aku langsung pergi ke meja makan yang di ikut oleh Syam. Setelah selesai makan, mamah langsung pamit untuk pergi arisan dan aku mengantar mamah kedepan rumah, setelah mamah pergi aku langsung menuju kamar dan rebahan tak berselang lama aku teringat dengan meja makan yang belum dibersihkan. Kalau mamah pulang dan meja masih seperti itu, mamah pasti akan marah. Dan aku langsung menuju ke meja makan dan benar meja makan itu masih itu dengan ala berantakan setelah makan. Aku langsung membereskan nya dan membawa piring dan gelas kotor kedapur, dan aku tersentak Syam sedang mencuci alat yang barusa digunakan masak yang belum sempat dicuci. Ragu-ragu aku mendekati Syam dan menaruh piring dan gelas kotor disebelahnya. Syam Hanya tersenyum dan mengambil gelas dan piring kotor itu lalu Syam mencucinya, aku hanya diam entah harus berbuat apa lalu aku mengambil peralatan dan piring yang telah dicuci untuk ditaruh ketempat nya semula. Aku benar-benar salting dilihati terus oleh Syam tapi aku tepis semuanya aku nggak peduli sama Syam mau berkata apa dan berbuat apa. Setelah selesai Syam kedepan rumah sedang kan aku kekamar. Aku asyik dengan gedjet ditangan ku sembari leptop yang ada didepan ku untuk mengerjakan tugas yang belum rampung. Tak berapa lama kemudian telfon masuk dari Hasbi.

"Assalamualaikum Lia." Suara dari sebrang.

"Walaikumsamsalam has." Jawabku

"Udah kelar tugas Minggu ini?" Tanya Hasbi yang kedengarannya dia ragu-ragu.

"Iya. Udah ko." Jawabku dengan ragu plus bingung karena nggak biasanya Hasbi tanya seperti itu.

"Ada agenda nggak hari ?" Tanyanya kemudian.

"Ada. Banyak malah." Jawabku ngasal.

"Oh, ya udah kalau Zivilia sibuk mah. Udah ya. Assalamualaikum." Sambungnya. Yang dibalas salam lagi olehku.

Aku benar-benar dibuat bingung oleh Hasbi akhir-akhir ini sikapnya aneh nggak seperti biasanya tapi aku nggak peduli itu urusan dia, mungkin dia lagi gabut menurut ku.

Setelah menerima telepon dari Hasbi aku membuka jendela dan tanpa disengaja aku melihat Syam sedang menyiram tanaman didepan rumah, wajahnya sangat bahagia apa karena dipalestina nggak ada tanaman, Pikiranku melayang karena timur tengah identik dengan tanahnya yang kering dan Padang pasir yang luas. Entah apa yang ada dipikiran ku, aku melangkahkan kakiku keluar kamar menuju teras rumah. Syam melihatku dan hanya senyum lalu melanjutkannya aktivitas nya. Aku hanya bingung kenapa Syam nggak pernah menatapku lama hanya sekilas saja, apa karena aku jelek? Batinku berkata begitu tapi pikiran ku terus mencari sebab Syam jarang melihat ku. Syam melihatku ketika dia senyum dan menjawab atau bertanya kepada ku. Segera tepis pikiran itu, aku nggak peduli dengan apa yang dia perbuat itu urusan dia, dan aku memilih duduk di kursi rotan yang ada disamping rumah sembari menikmati pagi yang jarang aku nikmati karena aku sibuk dengan tugas kampus ku ditambah lagi aku semester akhir akan lebih sibuk dan pasti akan jarang merasakan suasana pagi seperti ini.

Komentar

Info

Harta dibalik tembok besar

Hikma yang berharga Sudah mashur kisah antara Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir yang mana mereka sama-sama memiliki keilmuan yang tinggi walaupun beda bidang keilmuanya. Nabi Musa yang memiliki keilmuan dibidang Syareat selalu memandang salah apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir yang mempunyai ilmu Hakikat. Mulai dari Perusakan Kapal, Pembunuhan Dan Perbaikan tembok yang akan Roboh. Padahal apa yang dilakukan Nabi Khidir adalah yang terbaik untuk kedepanya. Karena Beliau berdua lah kita jadi tau bahwa tidak cukup kita belajar hanya ilmu fiqih saja atau ilmu tasawuf saja karena kedua ilmu ini sama-sama penting untuk dipelajari dan sama-sama penting untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Disini saya tidak ingin membahas keilmuan Nabi Khidir ataupun Nabi Musa, atau menceritakan kisah keduanya dalam perjalanannya atau dibalik kejadian-kejadian setiap peristiwa yang terjadi diantara beliau berdua. Tapi, disini saya akan membahas apa yang ada dibalik tembok besar dalam k

Bab I'rob

 BAB I'ROB الاعراب هوتغييراواخرالكلم لاختلاف العوامل الدخلةعليهالفظااوتقديرا Yang dimaksud kalam ialah berubahnya akhir dari sebuah kalimat karena beda-bedanya amil yang memasukinya, baik perubahan sejara jelas pada lafadnya maupun dengan perkira-kiraan. Perubahan pada lafad: جاءزيدٌ, رايت زيدًا، مررت بزيدٍ Perubahan dengan perkiraan:جاءالفتٰى، رايت الفتٰى، مررت بالفتٰى واقسمه اربعة رفع ونصب وجزم I'rob terbagi menjdi 4: Rofa, Nasob, Jar dan Jazem. فللاءسماءمنذلك الرفع ونصب والخفض ولاجزم فيها I'rob yang 4 tadi semua bisa mengi'robi kalimat isim kecuali i'rob jazem. فللاءفعلل من ذلك الرفع ونصب والجزم ولاخفض فيها I'rob yang 4 tadi semua bisa mengi'robi kalimat fi'il kecuali i'rob jar. والله اعلم بالصواب

Arti Sebuah Pernikahan

Arti Sebuah Pernikahan Ketahuilah, nikah itu suatu kesunnahan (perbuatan) yang disukai dan pola hidup yang dianjurkan. Karena dengan nikah terjagalah populasi keturunan dan lestarilah hubungan antar manusia. Dalam kitab Qurrotul Uyun ada 5 hukum menikah itu : 1. wajib, apabila takut akan berbuat zinah. 2. sunah, bagi orang yang menginginkan punya keturunan, dan tidak takut akan perbuat zinah. 3. makruh, bagi orang yang tidak mau menikah dan tidak mengharapkan keturunan. 4. mubah, bagi orang yang tidak takut akan berbuat zinah dan tidak mengharapkan keturunan. 5. haram, bagi orang yang membahayakan pasanganya. Dan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda tentang keutamaan orang yang berkeluarga dengan yang membujang. yang artinya: "keutamaan orang yang berkeluarga dengan orang yang membujang seperti keutamaan orang yang berjuang dijalan Allah SWT dan orang yang berdiam diri, dan dua rakaat orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari pada orang yang masih bujangan." Dengan hadis ters