Langsung ke konten utama

IMAM SEPERTIGA MALAM 2 AWAL MENGENALNYA




 IMAM DISEPERTIGA MALAM

II

Awal Mengenal Dia



Sebuah teriakan keras dari dalam rumah dengan bahasa yang asing dan aku tidak tau bahasa apa mungkin bahasa Arab yang aku tak mengerti maknanya, membuyarkan aku dari angan yang tak bertepi, suara itu menyadarkan aku dari lamunanku. Aku segera masuk kedalam rumah dan setelah aku berada didalam rumah aku mencari sumber suara itu dan ternyata dari kamarnya Syam segera aku masuk untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi, dan aku lihat ibu sedang kebingungan menghadapi Syam yang marah-marah nggak jelas kepada orang yang menelpon nya dari sebrang entah siapa yang sedang berbicara dengan Syam dan ada keperluan apa?. Ibu saja yang ada disini dari tadi tidak tau ada keperluan apa. Yang ibu tau yang menelpon Syam adalah Dr. Syahdah dokter Indonesia yang sekarang bertugas di Palestina untuk membantu masyarakat Palestina.

Setelah Syam mematikan telfonnya secara sepihak Syam langsung menjerit sekeras-kerasnya, tatapan nya hambar, dia menatap sesuatu yang tidak mau dia tatap, air matanya mengalir, seperti nya sedang ada masalah dengan dirinya. Aku ataupun ibu tidak berani menanyakan kepada Syam apa yang sebenarnya terjadi karena sekarang Syam benar-benar sangat emosi. Syam mengambil kunci motornya lalu dengan cepat melangkah pergi, aku dan ibu yang Bingung apa yang sebenarnya terjadi nggak tau harus berbuat apa, mencegahnya atau memberikan dia pergi begitu saja. Dengan cepat ibu menyuruh untuk mengikuti syam, ragu-ragu aku akhirnya ikut Syam kemana dia pergi tanpa tau mau kemana dan untuk apa.

Disepanjang jalan aku mendengar suara tangisan Syam walau samar karena suara dari mesin motor yang kami gunakan ditambah dengan kecepatan yang tinggi membuat aku benar-benar ketakutan, tanpa ragu aku melingkarkan kedua lenganku ke pinggang Syam, Syam benar-benar sudah gila, amarah sangat lah luar biasa, pikiran ku langsung melayangkan bagaimana kalau terjadi kecelakaan tapi pikiran itu langsung aku tepis, aku benar-benar seperti tidak bernyawa, kecepatan yang sangat tinggi melebihi kecepatan yang Hasbi ketika menaiki sepeda motor nya, entah apa yang aku rasaka saat ini, aku Hanya ikut Kemana Syam bergi dengan menutup mata disepanjang jalan tanpa tau arah.

Tiba-tiba motor mendadak berhenti didepan rumah paman, aku yang masih lemas langsung duduk disamping motor Syam tanpa tau apa yang harus aku perbuat karena Syam dengan cepat pergi kedalam rumah paman, tubuhku masih bergetar hebat dengan semua ketakutan yang telah dibuat oleh Syam, hingga beberapa lama aku tersadar Syam Belem keluar, dan didalam rumah itu tidak ada orang karena paman masih diluar kota yang seharusnya Minggu kemarin paman sudah pulang tapi batal karena ada masalah dan kendala dengan pekerjaan nya itu, aku langsung masuk kedalam rumah paman dan mencari Syam, tak beberapa lama aku melihat Syam yang sedang manangis tanpa suara didalam kamar yang gelap entah pa yang sedang Syam pegang itu adalah sebuah kertas atau sejenis karena ruangan ini benar-benar gelap tanpa cahaya, aku bingung harus berbuat apa akhirnya aku memeluk Syam dengan ragu-ragu. Begitu lama Syam menangis sampai-sampai dia tertidur aku rebahkan kepada nya yang dari tadi menyender pada bahuku, ku nyalakan lampu dan tanpa sengaja aku melihat foto, yang ada di tangan Syam aku mengambilnya dan melihat ada dua orang dewasa seperti nya mereka pasangan suami istri, dan dua anak muda yang wajahnya hampir mirip yang aku duga itu adalah kakak beradik. Seperti nya ini adalah keluarga Syam yang ada dipalestina dan salah satu dari kedua anak mudah itu adalah Syam, dan yang satunya bisa saja kakak atau adiknya Syam.

Adzan asar berkumandang disegala penjuru, aku hanya duduk termenung bingung dengan keadaan yang sekarang terjadi, kejadian yang begitu cepat membuatku tidak membawa hp atau apapun, aku kasih dengan ibu yang pasti sangat khawatir dengan ku. Setelah adzan usai, aku masih duduk diruang tengah dengan menatap Syam yang sedang tertidur dengan kesediaan nya, aku tidak mau mengganggu nya, dan saat ini aku juga benar-benar takut ketika Syam marah atupun sedih seperti ini. Tak lama setelah adzan selesai Syam terbangun tapi dia masih dalam posisi tidur melihat keatas entah apa yang sedang dipikirkannya tak lama kemudian dia duduk dan dia melihat ku yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik nya. Syam mendekati dengan tatapan yang tak biasa, jujur aku sangat takut, benar-benar takut ingin rasanya pergi tapi entah apa yang terjadi padaku aku tidak bisa bangkit dari tempat duduk ini, aku hanya pasrah dengan semua yang akan terjadi, Syam benar-benar menakutkan bila seperti ini tidak seperti biasanya yang aku lihat jika ada dirumah.

"Mbak sudah shalat?" Tanyanya dengan suara serak khas orang setelah menangis.

"Belum." Jawabku agak ketakutan. Setelah itu Syam pergi ke kamar mandi tak berselang lama syam sudah keluar dengan rambut yang sudah basah. Dia menuju tempat kosong disebelah kamar mandi itu. 

Aku hanya masuk ke kamar mandi untuk persiapan shalat, lalu kami shalat berjamaah dengan Syam yang menjadi imamnya. Shalat nya benar-benar lama entah surat apa yang dibacanya tapi shalat nya tidak pada umumnya, tapi karena aku makmum aku Hanya ngikut walaupun dengan sedikit jengkel karena shalat nya yang lama tidak seperti biasanya orang-orang lakukan.

Setelah selesai Syam kembali ke kamar nya, Syam menutup pintu kamar itu tanpa menghiraukan aku yang bingung dan ingin segera pulang, dengan situasi seperti ini akhirnya aku memilih tidur karena dari tadi aku tidak tidur karena takut Syam berbuat yang tidak-tidak seperti bunuh diri karena masalah yang sekarang dia hadapi.

"Mbak. Mabuk" Syam menggoyangkan kakiku dengan pelan tapi tetap bisa kau rasakan. Aku sedikit duduk dan melihat Syam yang sedang berdiri disebelah kursi.

"Ada apa Syam." Tanyaku dengan setengah sadar.

"Itu dimakan." Sembari mengisyaratkan kearah meja dengan matanya. Dan aku melihat dua bungkus nasi dan dua gelas teh.


"Kapan belinya." Tanyaku dengan posisi tubuh yang telah benar-benar duduk.

"Tadi, ketika mbak tidur." Jawabnya singkat tanpa ekspresi seperti biasanya. Aku hanya mengangguk kepala tanda paham, Lalu aku masuk ke kamar mandi dan bersih-bersih setelah itu kami pun makan bareng, dan sepanjang itu kami Hanya diam dan Syam tidak senyum sama sekali. Hari ini benar-benar aneh ketika melihat Syam yang tidak senyum sedikit pun. Usai makan Syam masuk ke kamar lagi dan menutup pintu, aku dibuat bingung dengan ini semua, aku benar-benar Bosan dengan situasi seperti ini.

Akhirnya aku membaringkan diri untuk meminta pulang kepada Syam, tanpa ragu aku ketuk pintu kamar itu dan tidak ada jawaban, aku ketuk lagi hingga tiga kali juga tidak ada jawaban sampai akhirnya aku terpaksa membuka pintu itu, Syam sedang duduk diatas sejadah dengan memeluk Al Qur'an yang sudah koyah, Al Qur'an itu seperti sudah lama digunakan terlihat dari halaman yang sedikit berantakan.

"Kenapa?" Tanyanya setelah melihatku dibibir pintu.

"Aku mau." Kata-kata terhenti Bingung cara menyampaikan nya.

"Ada tugas yang belum aku selesaikan, dan aku minta kita pula." Lanjut ku agak keras dan cepat.

"Siapa yang suruh ikut." Jawabnya singkat dengan memalingkan pandangannya kearah foto itu, foto yang dari tadi dia pegang.

"Ibu." Jawabku singkat. Syam hanya membuang nafas dengan kasar.

"Nanti malam kita pulang." Jawabnya sembari berdiri dan melangkahkan keluar kamar. Aku hanya mengikuti nya dari belakang.

"Siapa yang suruh ikut?" Tanyanya karena tau diketahui oleh ku.

"Kemauan." Jawabku ngasal.

"Maksudnya?" Tanyanya tak paham.

"Kalau kita pulang sekarang aku tidak akan mengikuti mu." Jawabku.

Syam hanya diam dan terus berjalan kearah luar tepatnya dibagikan belakang rumah ini yang terdapat kolam ikan dan beberapa tanaman yang menambah kesejukan disore hari. Syam duduk ditepi kolam itu yang dikuti ku. Syam hanya sekilas melihatku dan kembali melihat ikan-ikan yang ada di kolam itu.

"Tadi aku melihat foto yang kamu pegang! Apa itu keluarga mu?" Tanyaku membuka percakapan setelah lama berdiam.

"Iya." Sembari menghirup udara dan mengeluarkannya sembarangan. Aku hanya mengangguk paham.

"Laki-laki yang berdiri paling belakang itu ayahku." Lanjutnya dengan pikiran yang sedang membayangkan sesuatu.

"Perempuan itu adalah ibuku, dia wanita yang paling baik yang aku kenal." Lanjutnya dengan mentatapku.

"Dan ini." Sembari menunjuk pada salah satu anak laki-laki itu. "Dia Ahmad kakakku." Sembari menunjuk rasa kecewanya.

"Dan ini kamu." Lanjutku. Dan Syam hanya mengangguk.

"Kalian terbaut beberapa tahun." Tanyaku kembali, setelah diam sesaat.

"Delapan. Kira-kira usia kakakku seusia dengan mbak." Jawabnya dengan masih menatap kedalam kolam, entah pa yang dilihat. Jelas dia tidak melihat kolam itu melainkan membayangkan sesuatu. Dan membuat aku sedikit terkejut adalah usianya yang masih muda jika aku yang usianya 23 tahun jadi dia kira-kira usia 15 tahun.

"Kenapa bisa sampai ke Indonesia." Tanyaku lagi.

"Panjang." Jawabnya singkat dan wajahnya seperti sedang memendam rasa benci dan dendam. Aku hanya mengangguk karena perubahan wajahnya yang begitu dramatis membuatku memiliki diam. Tak beberapa lama kemudian dia memukulku tangannya pada tembok yang ada disebelahnya. Sontak seketika membuat Aku kaget. Tapi kau hanya diam entah apa yang harus aku perbuat saat ini.

"Semua ini bermula dari Ahmad. Penderita ini bermula dari dia." tiba-tiba dia melontarkan kalimat itu. Entah yang dimaksud Ahmad adalah kakaknya atau bukan. Aku hanya memperhatikan saja.

"Ayahku, meninggalkan tepat didepan mata ku." Lanjutnya dengan wajah menahan air mata.

"Ketika itu aku berusia lima tahun. Seharusnya yang mati itu Ahmad buka ayah tapi ayah..." Dia mengental penjelasannya.

"Melindungi Ahmad, dengan nyawanya. Kejadian itu tepat didepan rumah kami ketika ayah dan Ahmad selesai melaksanakan tugas sebagai polisi keaman saat itu. Dan tak disangka masih ada tentara Israel yang masih ada didalam Palestina yang tadinya dinyatakan aman karena tentang Israel pergi, keluar dari Palestina. Dan Ahmad langsung menembak tentara Israel itu dengan memangku ayah yang sudah mengelupas darah segar dari dadanya. Allah lebih cinta kepada ayah sampai Allah mengambilnya dari ku begitu cepat. Dan saat itu aku benci pada kakaku, dan aku menganggap Ahmad adalah yang telah membunuh ayah, SEBAB AHMAD AYAH MENINGGAL!". Nadanya sedikit ditekankan pada kalimat akhir. Lalu Syam berdiri dan meninggalkan aku begitu saja. Tapi dari raut wajahnya yang dari tadi aku perhatikan Ketika dia bercerita, dia sedang Manahan amarah dan tangisan.


Aku ketuk pintu kamarnya yang masih menutup, tapi tidak ada jawaban, aku mencoba membuka tapi pintu nya terkunci. Aku benar-benar bersalah telah mengungkit cerita luka yang begitu membekas, aku tidak tau bila aku berada diposisi nya mungkin aku akan gila karena aku tidak sanggup menerima itu semua, apa lagi diusia yang begitu kecil dia melihat ayahnya mati didepannya sendiri. Jujur aku kagum padanya, dia bisa menghadapi semuanya ini.

Tak dirasa hari mulai gelap. Syam belum keluar kamar dari tadi, kau benar-benar khawatir padanya. Ku coba ketuk pintu itu kembali dan tetap tidak ada Jawaban. Tak lama suara adzan Maghrib mengetatkan langit malam yang gelap. Setelah adzan selesai, Syam pun keluar dan masuk ke kamar mandi. Aku hanya melihatnya, sepertinya dia habis nangis lagi, jelas matanya yang bengkak. Setelah Syam keluar kamar mandi, aku masuk kekamar mandi dan setelah selesai, kami shalat berjamaah seperti biasanya. Tapi jamaah dengan dia tidak seperti shalat sebelum nya yang lama, shalat magrib ini tidak begitu lama tidak pula cepat dan shalat Maghrib kali ini tidak seperti shalat jamaah yang biasa aku lakukan, shalat Maghrib yang biasanya dengan suara lantang, kali ini dengan suara lirih dan pelan hampir-hampir tidak terdengar. Suaranya juga tidak terlalu jelas. Aku pun tidak mengucapkan "amiin" karena tidak terdengarnya ayat terakhir dalam surat Al Fatihah. Selain shalat. Syam langsung berdiri dan masuk ke kamar tanpa berkata, dan aku berdzikir dan berdoa sendiri.

Setelah usai aku lipat mukenah itu dan aku taro pada tempat semula dan aku melihat Syam sudah duduk di sofa, dengan menggunakan jaket hitam, aku sedikit terheran-heran. "Ada apa dengannya?" Batinku bertanya. Aku mendekat dengan nya.

"Ayo." Katanya singkat setelah aku dihadapannya

"Kamana?" Tanyaku bingung

"Pulang!" Suaranya sedikit menekan. Dan aku langsung faham, aku mengangguk dan Syam pun berdiri melangkah keluar dan aku yang mengikuti nya dari belakang.

Perjalanan ini sedikit berbeda Syam tidak mengendarai motor nya dengan kecepatan tinggi, ini membuatku menikmati perjalanan kali ini dan tak aku sangka ternyata ke rumah paman sangatlah capek dengan mengendarai sepeda motor walaupun waktu yang tempuh sangat cepat tak seperti biasanya kalau naik mobil hampir memakan waktu dua jam. Belum ditambah kemajetan jika terjadi.

"Tadi, pas kita kerumah paman perjalanannya berapa lama?" Tanyaku menghilangkan kesunyian.

"Mbak kan juga ikut." Jawabnya

"Aku nggak tau, kita pergi jam berapa dan kita yampe jam berapa!" Jelas ku.

"Ko, bisa." Timbalnya heran.

"Aku takut dengan kecepatan tinggi, yang aku rasakan sepanjang perjalanan hanya ketakutan." Jelas ku.

"Ya, sekitar setengah jam." Jawabnya singkat. Aku hanya merespon dengan wajah kaget yang tak akan dilihat oleh Syam. "Setengah jam." Ulangku.

"Kalau sekarang kira-kira berapa jam?" Tanyaku kembali.

"Kira-kira satu jam bisa kurang, bisa tidaklah." Jawabnya.

Dan akhirnya kami terdiam kembali, dan sibuk dengan alam pikiran masing-masing dan hanya itu percakapan yang terjadi sepanjang perjalanan pulang, hanya kesunyian dan suara mesin motor yang membelah malam sepanjang jalan yang kami dengar.



Komentar

Info

Harta dibalik tembok besar

Hikma yang berharga Sudah mashur kisah antara Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir yang mana mereka sama-sama memiliki keilmuan yang tinggi walaupun beda bidang keilmuanya. Nabi Musa yang memiliki keilmuan dibidang Syareat selalu memandang salah apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir yang mempunyai ilmu Hakikat. Mulai dari Perusakan Kapal, Pembunuhan Dan Perbaikan tembok yang akan Roboh. Padahal apa yang dilakukan Nabi Khidir adalah yang terbaik untuk kedepanya. Karena Beliau berdua lah kita jadi tau bahwa tidak cukup kita belajar hanya ilmu fiqih saja atau ilmu tasawuf saja karena kedua ilmu ini sama-sama penting untuk dipelajari dan sama-sama penting untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Disini saya tidak ingin membahas keilmuan Nabi Khidir ataupun Nabi Musa, atau menceritakan kisah keduanya dalam perjalanannya atau dibalik kejadian-kejadian setiap peristiwa yang terjadi diantara beliau berdua. Tapi, disini saya akan membahas apa yang ada dibalik tembok besar dalam k

Bab I'rob

 BAB I'ROB الاعراب هوتغييراواخرالكلم لاختلاف العوامل الدخلةعليهالفظااوتقديرا Yang dimaksud kalam ialah berubahnya akhir dari sebuah kalimat karena beda-bedanya amil yang memasukinya, baik perubahan sejara jelas pada lafadnya maupun dengan perkira-kiraan. Perubahan pada lafad: جاءزيدٌ, رايت زيدًا، مررت بزيدٍ Perubahan dengan perkiraan:جاءالفتٰى، رايت الفتٰى، مررت بالفتٰى واقسمه اربعة رفع ونصب وجزم I'rob terbagi menjdi 4: Rofa, Nasob, Jar dan Jazem. فللاءسماءمنذلك الرفع ونصب والخفض ولاجزم فيها I'rob yang 4 tadi semua bisa mengi'robi kalimat isim kecuali i'rob jazem. فللاءفعلل من ذلك الرفع ونصب والجزم ولاخفض فيها I'rob yang 4 tadi semua bisa mengi'robi kalimat fi'il kecuali i'rob jar. والله اعلم بالصواب

Arti Sebuah Pernikahan

Arti Sebuah Pernikahan Ketahuilah, nikah itu suatu kesunnahan (perbuatan) yang disukai dan pola hidup yang dianjurkan. Karena dengan nikah terjagalah populasi keturunan dan lestarilah hubungan antar manusia. Dalam kitab Qurrotul Uyun ada 5 hukum menikah itu : 1. wajib, apabila takut akan berbuat zinah. 2. sunah, bagi orang yang menginginkan punya keturunan, dan tidak takut akan perbuat zinah. 3. makruh, bagi orang yang tidak mau menikah dan tidak mengharapkan keturunan. 4. mubah, bagi orang yang tidak takut akan berbuat zinah dan tidak mengharapkan keturunan. 5. haram, bagi orang yang membahayakan pasanganya. Dan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda tentang keutamaan orang yang berkeluarga dengan yang membujang. yang artinya: "keutamaan orang yang berkeluarga dengan orang yang membujang seperti keutamaan orang yang berjuang dijalan Allah SWT dan orang yang berdiam diri, dan dua rakaat orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari pada orang yang masih bujangan." Dengan hadis ters