Akal adalah salah satu yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia yang digunakan untuk berpikir, bernalar, dan memunculkan ide-ide dan pemikirannya yang baru.
Karena itulah manusia disebut sebagai makhluk yang paling sempurna dan sebab Akal pula manusia itu dapat dibedakan dengan hewan. Karena Akal pula manusia dibebani sekian banyak aturan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Definisi Akal
Menurut Imam Al-Ghazali akal dapat dimaknai dengan 4 hal.
1. akal adalah potensi yang membedakan manusia dengan hewan.
2. akal adalah pengetahuan yang dicerna seorang anak yang telah mendekati usia dewasa.
3. akal adalah pengetahuan yang berdasarkan pengalaman yang dilalui dan pada gilirannya memperhalus budinya.
4. Akal adalah kekuatan insting yang menjadikan seseorang mengetahui dampak semua persoalan yang dihadapi, lalu ia mampu menekan hawa nafsunya serta mengatasinya agar tidak terbawa larut olehnya.
Kesimpulanya ialah akal hakikatnya adalah membawa manusia pada kehalusan budi dan dapat membangun beradaban yang maju serta mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Berpikir dengan Akal bukan Syahwat
Dalam berpikir kita dituntut tiga hal yakni; kesungguhan, tanggung jawab dan manfaat.
Seorang manusia diperintahkan oleh ALLAH swt untuk berpikir dalam segala aspek kehidupan. Baik dalam perintah ibadah maupun yang lainnya untuk mencari dan memikirkan manfaat dan alasan mengapa manusia diperintahkan untuk salat, puasa, berinfak dan sebagainya.
Akan tetapi manusia dalam berpikir tetap dalam batasan-batasannya. Tidak harus sarjana, profesor, dan para filsuf yang boleh berfikir bebas. Namun, semua manusia berhak untuk berpikir bebas bahkan Allah SWT memrintahkan manusia untuk senantiasa berpikir.
Contohnya
mengapa harus salat?
Setiap muslim pasti tahu salat hukumnya adalah wajib.
Namun banyak yang tidak tahu alasan mengapa ALLAH swt mewajibkannya dan apa manfaat yang diperoleh ketika mendirikan sholat sehingga kita tidak mampu khusyu’ saat salat karena tidak tahu tujuan kita mendirikannya.
Dalam berpikir kita tidak boleh melibatkan emosi, pola tingkah laku yang dikendalikan oleh syahwat yang membuat akal bersifat subjektif. Karena ketika akal mengikuti syahwat maka hasil pemikiran seseorang akan sesuai dengan keinginnya bukan realitanya.
Dalam berpikir kitata dapat ditoleransi walaupun salah ketik dalam batas yang wajar dan dalam tahap belajar.
Etika Berpikir
1) hasil pemikiran atau penelitian harus mendatangkan manfaat
2) mengutamakan kemaslahatan yang besar
3) menampik kemudharatan lebih utama daripada mendatangkan kemaslahatan
4) menghormati manusia yang hidup/wafat.
Menurut Quraisy Shihab Etika ini ditetapkan tidak lain dan tidak bukan untuk menjadi pedoman bagi pemikir-pemikir muslim dalam mengembangkan konsep pemikirannya. Agar mereka tidak taklid terhadap pemikiran-pemikiran Barat yang sering kali dibenarkan dan diadopsi teorinya.
Seperti Pemikiran Barat yang hanya memberikan keuntungan besar bagi mereka saja dan tidak memikirkan kemudharatannya lebih besar daripada kemaslahatannya. Inilah yang disebut sebagai syahwat dimana dorongan atau keinginan yang timbul dalam dirinya digunakan untuk meraih sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan diri.
Karena itu pula orang barat menjadi maju dan banyak orang-orang yang terkagum-kagum dengan pemikiran tersebut termasuk orang Islam. Oleh sebab itu, sebagai seorang pemikir muslim tentulah kita tidak menjadikan syahwat sebagai Tuhan dalam berpikir.
Seperti berkataan seorang ilmuwan Prancis Descrates berjanji dengan kalimat : "Saya tidak dapat mengerjakan proyek-proyek yang berguna bagi sebagian orang tetapi membahayakan orang lain”.
Komentar
Posting Komentar