Langsung ke konten utama

kebahagiaan dan ketenangan hati


Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan atau ketenangan hati, setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan dan ketenangan hati tapi banyak orang yang tidak tau kebahagiaan dan ketenangan hati yang sebenarnya dan juga kebanyakan orang tidak tahu bagaimana mana mencapai semua itu.

Ada yang berpikir bahwa kebahagiaan dan ketenangan hati dengan memiliki banyak harta tapi setelah mereka meraihnya mereka semua gelisah dan merasa cape dengan semua harta karena harus menjaganya.
Ada yang berpikir bahwa kebahagiaan dan ketenangan hati dengan ibadah kepada Allah dan berdzikir tapi mereka lupa dengan kewajiban sebagai manusia yang memiliki tetangga dan keluarga.
Ada yang berpikir bahwa kebahagiaan dan ketenangan hati dengan tidak memiliki masalah tapi dia malah mencari masalah dan membicarakan orang lain.
Dan ada yang berpikir bahwa kebahagiaan dan ketenangan hati dengan keikhlasan dan keridhoan dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah tapi dia juga punya hati dan akal sehingga sering kali menangisi dirinya yang tidak memiliki amalan dan kadang masalah yang silih berganti.

Lalu apa kebahagiaan dan ketenangan hati yang sebenarnya?
Di dalam tafsir Jalalain surat Maryam Ayat 26 kurang lebih seperti ini:
"Malaikat Jibril As berkata kepada Siti Maryam As "makanlah kurma basa ini, minumlaha air sungai ini serta senangkanlah hatimu dengan tidak melihat selain anakmu ini. Jika engkau bertemu dengan seorang manusia dan dirinya menanyakan kepadamu tentang anakmu ini maka katakanlah "sesungguhnya diriku ini telah bernadzar kepada Allah SWT yang maha penyayang untuk berpuasa yakni menahan diri untuk tidak berbicara kepada manusia..."

Dari keterangan di atas kita tahu bahwa kebahagiaan dan ketenangan hati itu adalah dengan terpenuhinya kebutuhan hidup ada makanan ada minuman dan melihat anak serta hidup yang tidak memiliki masalah.
Dan diayat ini pun kita diberi cara untuk menyelesaikan masalah yakni dengan diam karena dengan diam dapat menyelesaikan sebagai dari masalah.

Dan didalam tafsir Baidowih Surat Maryam ayat 26 kurang lebih seperti ini:
"Damainya hati itu dengan melihat sesuatu yang dicintai sedangkan gundanya hati adalah dengan melihat sesuatu yang dibenci..."

Dari keterangan diatas kita tahu bahwa kebahagiaan dan ketenangan hati adalah dengan melihat sesuatu yang dicintai tapi apakah sesuatu yang dicintai itu selamanya dicintai? Tidak. Ada kalanya sesuatu yang dicintai menjadi dibenci dikemudian hari dan sesuai yang dibenci akan dicintai di kemudian hari. Oleh karena itukita harus profesional dalam menyikapi sesuatu yang dicintai dan yang dibenci.

Jadi bila kita menginginkan kebahagiaan dan ketenangan hati yang sejati tidak bisa kita dapatkan di dunia ini karena apa yang ada di dunia ini dan apa yang kita miliki semuanya fana dan dapat membuat kita terlena bahkan semua itu akan menuntut kita di akhirat dan membuat kita bersedia.
Apa yang kita rasakan saat ini selama masih di dunia itu semua hanya sementara. Jadi kebanggaan dan ketenangan hati selama masih di dunia itu hanyalah sementara. Bila Kita mau mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki dan abadi maka akan kamu dapatkan di akhirat kelak. Untuk mencapai itu kita harus persiapan mulai dari sekarang karena dunia ini adalah jembatan menuju akhirat, apa yang Kita berbuat maka akan kita dapatkan.

                       والله اعلم بصواب

Komentar

Posting Komentar

Info

Harta dibalik tembok besar

Hikma yang berharga Sudah mashur kisah antara Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir yang mana mereka sama-sama memiliki keilmuan yang tinggi walaupun beda bidang keilmuanya. Nabi Musa yang memiliki keilmuan dibidang Syareat selalu memandang salah apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir yang mempunyai ilmu Hakikat. Mulai dari Perusakan Kapal, Pembunuhan Dan Perbaikan tembok yang akan Roboh. Padahal apa yang dilakukan Nabi Khidir adalah yang terbaik untuk kedepanya. Karena Beliau berdua lah kita jadi tau bahwa tidak cukup kita belajar hanya ilmu fiqih saja atau ilmu tasawuf saja karena kedua ilmu ini sama-sama penting untuk dipelajari dan sama-sama penting untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Disini saya tidak ingin membahas keilmuan Nabi Khidir ataupun Nabi Musa, atau menceritakan kisah keduanya dalam perjalanannya atau dibalik kejadian-kejadian setiap peristiwa yang terjadi diantara beliau berdua. Tapi, disini saya akan membahas apa yang ada dibalik tembok besar dalam k

Bab I'rob

 BAB I'ROB الاعراب هوتغييراواخرالكلم لاختلاف العوامل الدخلةعليهالفظااوتقديرا Yang dimaksud kalam ialah berubahnya akhir dari sebuah kalimat karena beda-bedanya amil yang memasukinya, baik perubahan sejara jelas pada lafadnya maupun dengan perkira-kiraan. Perubahan pada lafad: جاءزيدٌ, رايت زيدًا، مررت بزيدٍ Perubahan dengan perkiraan:جاءالفتٰى، رايت الفتٰى، مررت بالفتٰى واقسمه اربعة رفع ونصب وجزم I'rob terbagi menjdi 4: Rofa, Nasob, Jar dan Jazem. فللاءسماءمنذلك الرفع ونصب والخفض ولاجزم فيها I'rob yang 4 tadi semua bisa mengi'robi kalimat isim kecuali i'rob jazem. فللاءفعلل من ذلك الرفع ونصب والجزم ولاخفض فيها I'rob yang 4 tadi semua bisa mengi'robi kalimat fi'il kecuali i'rob jar. والله اعلم بالصواب

Arti Sebuah Pernikahan

Arti Sebuah Pernikahan Ketahuilah, nikah itu suatu kesunnahan (perbuatan) yang disukai dan pola hidup yang dianjurkan. Karena dengan nikah terjagalah populasi keturunan dan lestarilah hubungan antar manusia. Dalam kitab Qurrotul Uyun ada 5 hukum menikah itu : 1. wajib, apabila takut akan berbuat zinah. 2. sunah, bagi orang yang menginginkan punya keturunan, dan tidak takut akan perbuat zinah. 3. makruh, bagi orang yang tidak mau menikah dan tidak mengharapkan keturunan. 4. mubah, bagi orang yang tidak takut akan berbuat zinah dan tidak mengharapkan keturunan. 5. haram, bagi orang yang membahayakan pasanganya. Dan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda tentang keutamaan orang yang berkeluarga dengan yang membujang. yang artinya: "keutamaan orang yang berkeluarga dengan orang yang membujang seperti keutamaan orang yang berjuang dijalan Allah SWT dan orang yang berdiam diri, dan dua rakaat orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari pada orang yang masih bujangan." Dengan hadis ters